[Okenews] Mengenal Kampung Batik Kriyan Cirebon

CIREBON – Daerah Trusmi sudah dikenal masyarakat luas sebagai kampung batik di Cirebon, Jawa Barat. Banyak motif batik di kampung ini yang memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri.

Namun, tidak hanya Trusmi saja yang menyandang predikat sebagai kampung batik di Cirebon. Ternyataya baru-baru ini ada juga kampung batik yang muncul, tepatnya di Kota Cirebon, Jawa Barat.

Nama kampung batik ini adalah kampung batik Kriyan. Lokasinya berada di Kampung Kriyan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Kampung batik ini terbilang baru karena didirikan sekitar 2018.

Kampung batik Kriyan melahirkan motif batik yang cukup beragam seperti motif daun jati, daun pandan, motif perahu, wayang, motif daun kersem dan sebagainya.

Motif-motif batik ini diciptakan langsung oleh masyarakat sekitar. Mereka terinsipirasi membuat motif seperti itu dari tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggalnya.

“Batik Kriyan adalah hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Cirebon dengan Korea Arts & Culture Education Service (KACES). Mereka diberikan pelatihan dan pendampingan, dari menentukan motif, memproduksi batik, hingga menjual batik,” kata Ketua RW 17 Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Bambang Jumantra, Jumat (2/10/2020).

Ia menjelaskan, pembuatan batik di kampung batik Kriyan berbeda dengan pembuatan batik di daerah lain. Sebab, batik yang dibuat di sini memanfaatkan pewarna alami.

Pewarna itu didapat dari bahan-bahan seperti buah binahong, biji jolawe, dan kulit kayu mangrove.

Ia menambahkan, kendati belum dipasarkan secara luas, batik hasil buatan warga kampung Kriyan sudah banyak digemari sebagai oleh-oleh. (click📰)

[TIMES] Cara Melatih Perajin Batik Kriyan Cirebon Ditengah Pandemi Covid-19

TIMESINDONESIA, CIREBON – Membuat sebuah produk yang berkualitas baik, dan tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin pesat tidak selalu mudah. Setiap produk yang ditawarkan harus memiliki nilai jual tersendiri, seperti Batik Kriyan yang memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda.

 

Trainer Batik Story Kriyan, Ferry mengatakan program pelatihan yang sudah berjalan selama dua tahun hasilnya sudah membuahkan hasil baik batik tulis dan cap. Pewarnaannya memakai bahan tumbuh-tumbuhan dari alam.

“Kenapa memakai pewarna alam, karena memang kembali lagi untuk pasar dunia diluar sana batik lebih ke pewarna alam dan pelestarian alamnya. Dan untuk hasilnya sendiri dari pewarna alam tidak kalah cantik.” ujar Ferry, Senin (14/9/2020).

Untuk satu lembar kain berukuran 2,5 meter, batik diselesaikan dalam waktu satu Minggu harus selesai. 

“Untuk pelatihannya di tahun ini karena ada Covid-19, kita hanya ada 4 bulan pelatihan full terus setiap hari. Untuk meningkatkan kualitas mereka, dan mereka kita ajarkan manajemen usaha juga,” tambah Ferry.

Target waktu dalam pembuatan Batik Kriyan memiliki waktu satu hari mengolah kain, besoknya membuat desain untuk motifnya lalu 2-3 hari diselesaikan untuk proses membatiknya,. Selanjutnya dilanjutkan pewarnaan sampai selesai.

“Teman-teman disini kita ajarkan dengan sistem tata kelola pekerjaan yang dari awal sudah direncanakan, sehingga sesuai dengan target. Termasuk dengan warna, kita mengharapkan warna yang gimana, dimotifnya bagaimana warnanya, itu kita ajarkan mereka supaya ketika mereka selesai tidak terlalu jauh meleset dari yang diinginkan,” kata Ferry.

Harapannya produk dari Batik Kriyan sendiri bukan hanya dipasarkan di lokal saja, tapi diharapkan produk mereka laku di pasar internasional. (*) (click📰)

[TIMES] Generasi Muda Jadi Penggagas Kampung Batik Kriyan Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – Peran remaja dalam membentuk perubahan bagi bangsa dianggap penting untuk menciptakan perubahan. Seperti yang dilakukan para remaja yang menjadi penggerak di Kampung Batik Kriyan Cirebon.

 

Sulistio, Ketua Kelompok Batik Kriyan Kota Cirebon, Jawa Barat mengatakan, awal mula dibentuknya batik kriyan adalah karena tidak adanya kegiatan pemuda di wilayah tersebut. Kemudian mengajak Sulistio yang merupakan pendatang untuk membuat kegiatan kelompok belajar anak-anak dan remaja.

Karena tidak ada tempat, mereka membabat rumput-rumput bantaran sungai untuk dijadikan tempat mereka mengajari anak-anak mewarnai, dan mendongeng. Dalam perjalanan kegiatan kelompok belajar, Sulistio dan teman-temannya di ajak untuk membuat sebuah batik yang memiliki ciri khas.

Kegiatan bersama anak anak dan pelatihan batik kriyan b

“Jadi kita itu ditawarin sama bapak Deddy untuk buat pelatihan batik, yang saat ini menurut kita batik terlalu biasa banget. Tapi kami terima dan semangat banget, Yang kemudian memperkenalkan kami dengan pihak yang siap memberikan pelatihan untuk kami yaitu dari Korea,” kata Sulistio, Jumat (11/09/2020).

Untuk pelatihan batik, sulistio tidak memfokuskan hanya kepada anak-anak atau remajanya saja, tetapi ke semua elemen masyarakat kriyan.

“Siapapun bisa ikut, semua boleh belajar membatik, di sini kami membebaskan. Dalam waktu 2 tahun, batik kriyan sudah dikenal. Padahal dalam mempelajari teknik membatik seharusnya minimal 5 Tahun baru bisa dikatakan mahir,” imbuhnya.

Namun kendati demikian, lantas tidak membuat Batik Kriyan Cirebon puas. Batik kriyan terus melebarkan sayapnya, menghasilkan batik-batik yang berkualitas dari batik tulis, sampai batik cap. (*)(click📰)

[TIMES] Batik Kriyan Cirebon Menuju Kampung Wisata 2021

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan Cirebon semakin banyak diminati. Perpaduan batik modern dan tradisional membuatnya unik dan khas. Perwarnaan yang menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan dan pepohonan membuatnya menjadi batik kriyan ramah lingkungan yang disukai banyak orang.

 

Batik kriyan yang berawal dari sebuah kelompok belajar, kemudian berkembang menjadi produsen batik dengan pusat kerajinan ada di Kriyan Barat Jalan Pangeran Antrawulan, RT.01/RW.17, Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. 

Ketua batik kriyan Sulistio mengatakan, tidak menyangka jika batik di kampungnya bisa berkembang pesat dan diharapkan menjadi ikon kampung wisata di tahun 2021 oleh Pemkot Cirebon.

Batik kriyan kota Cirebon b

Kesiapan untuk menjadikan Kriyan sebagai kampung wisata sempat membuat pengelola kelompok belajar batik kriyan ini khawatir dan terbebani. Mereka menilai masih banyak hal yang perlu dipersiapkan.

“Saat ini batik kriyan memiliki 12 sukarelawan dalam proses pembuatan batik, yang awalnya 22. Hal ini dikarenakan dari sukarelawan tidak mendapatkan upah, karena di kelompok ini yang bergabung bukan untuk bekerja, tapi sebatas mengisi waktu luang,” kata Sulistio selaku ketua batik kriyan saat di temui di galeri batik kriyan, Jumat (11/09/2020).

Kesadaran masyarakat diperlukan untuk mendukung terlaksananya kampung wisata di kriyan ini. Harapannya, setiap rumah memiliki alat pembuat batik sehingga mereka bisa tetap berkreativitas di rumahnya tanpa harus datang ke galeri batik kriyan. 

“Harapannya batik kriyan bisa terus melakukan produksi dan penjualan secara besar-besaran. Semakin banyak masyarakat yang terlibat, dan pemerintah bisa memakai batik hasil buatan warganya yaitu batik kriyan untuk menjadi salah satu pakaian dinasnya sehingga batik kriyan cirebon semakin dikenal,” tambahan Sulistio. (*)(click📰)

[TIMES] Gunakan Perwana Alam, Batik Kriyan Cirebon Disukai Wisatawan Asing

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan merupalan salah satu hasil kerajinan tangan khas warga Kota Cirebon, Jawa Barat. Batik Kriyan mulai dibangun tahun 2018 lalu.

 

Meski baru 3 tahun beroperasi, pesanan batik kriyan sudah diminati wisatawan lokal dan mancanegara.

Salah seorang Pengelola Batik Story Kriyan, Sulistio mengatakan, penamaan batik story kriyan adalah pemberian dari arts & culture education service asal Korea.

Perajin-Batik-Kriyan-a.jpg

Hingga kini batik story kriyan masih dalam binaan arts & culture education service asal Korea. Sulis menjelaskan, batik story kriyan mendapat sambutan baik. Dulu, pusat kerajinan batik ini dibuka oleh mantan Plt Wali Kota Cirebon 2018 Dedi Taufik.

Dari kerjasama binaan negara Korea dan memanfaatkan sosial media dalam pemasarannya. Batik Kriyan sukses mengambil hati wisatawan lokal hingga mancanegara.

“Penjualannya kita terbantu dengan media sosial, juga karena batik story kriyan adalah hasil binaan Korea, maka sering sekali hasil batik story kriyan dikirimkan ke Korea,” kata dia.

Tak heran batik kriyan lebih unggul dari batik sejenisnya. Ciri khas bahan yang digunakan untuk menggambar di atas kain menggunakan pewarna alam, seperti dari dedaunan yang mudah ditemui di sekitar perajin Batik Kriyan.

Perajin-Batik-Kriyan-b.jpg

Proses pembuatan secara manual ini membuat harga batik kriyan terbilang ekonomis. Mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu saja.

“saya atas nama teman-teman anggota Batik Story mengucapkan, banyak trimakasih kepada pemda Kota Cirebon khususnya Wakil Wali Kota Cirebon, Disnaker dan Dinsos, yang sudah membantu dengan memberikan pelatihan juga bahan dan alat-alat kebutuhan  produksi Batik Kriyan Saya juga berterimakasih pada Bapak Dedi Taufik dan pihak dari negara korea juga ibu Dr Siska LM dan pelatih kita ibu Sri kholifah, juga mas ferry sugeng santoso,” ucapnya. (*)(click📰)

[TIMES] Batik Kriyan Khas Kota Cirebon Gunakan Pewarna Alami

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan merupakan salah satu produk unggulan masyarakat Kota Cirebon. Berasal dari Kampung Kriyan Barat Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, batik tersebut diinisiasi oleh penduduk asli kampung Kriyan Barat.

Kampung Batik Kriyan menjadi salah satu agenda city tour yang di selenggarakan DKOKP Kota Cirebon. Bersama beberapa mitra pariwisata, Batik Kriyan salah satu destinasi pilihan untuk mencari souvenir atau oleh-oleh pernak pernik batik khas kota Cirebon.

batik-kriyan-b.jpg

Pengelola Batik Story Kriyan, Sulistio mengatakan batik Kriyan berawal dari keresahan masyarakat setempat yang miris melihat anak-anak sering bermain gadget.

“Untuk mengurangi penggunaan gawai pada anak, masyarakat akhirnya sering membuat kegiatan untuk mengisi waktu luang anak-anak mereka dengan belajar membatik, berawal dari memberikan pembelajaran membatik ke sekolah-sekolah hingga terpilihlah kampung kriyan barat untuk mendapat pembinaan membatik,” kata dia belum lama ini.

batik-kriyan-c.jpg

Bahan yang digunakan untuk membuat satu kain batik Kriyan berukuran 2.5 meter juga berasal dari alam, yaitu daun Ketapang, daun kersem dan daun mangga.

“Motif yang dimiliki, ada motif daun kersem, motif beras, motif Kamboja dan motif lainnya yang berhubungan dengan alam, namun motif khas yang ditonjolkan batik Kriyan itu motif daun kersem,” kata dia.

Sementara itu untuk proses pewarnaan, batik Kriyan menggunakan pewarna alami, seperti akar wangi, kulit pohon, dari dedaunan juga dari batang pohon. “Daun batang mangrove, kayu secang, batang Laweh, kayu tegeran, yang biasanya di gunakan untuk pewarnaan,” kata dia.(*) (click📰)

[Merdeka] Unik, Pembatik Kampung Kriyan Cirebon Ciptakan Batik Motif Corona

Merdeka.com- Pandemi virus corona yang telah menyebar hampir di seluruh dunia rupanya memberikan inspirasi bagi para pem batik yang tergabung dalam komunitas pemberdayaan masyarakat, Batik Story Kriyan Kota Cirebon.

Seperti yang dilansir dari Ayocirebon, para perajin batik di Kampung Kriyan, Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon tersebut membuat batik megamendung dengan motif tambahan berbentuk sel Covid-19.(click📰)

[Pikiran-rakyat] Ada Kampung Batik Bahan Alami di Cirebon, Pemkot Janji Dongkrak Infrastrukturnya di 2021

PIKIRAN RAKYAT – Dalam mendukung maksimalnya pengembangan Kampung Batik Bahan Alami, di RW 17 Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, Pemkot Cirebon menargetkan perbaikan infrastrukturnya.
 
“Target 2021 lebih dimaksimalkan perbaikannya, meski sebagian sudah diperbaiki di tahun 2020 ini,” kata Wakil Walikota Cirebon, Hj. Eti Herawati.
 
Eti menjelaskan, berbagai sarana pendukung lainnya, sudah di dukung dengan adanya Baperkam dan lain sebagainya.
 
“Memang saya akui belum maksimal, semoga nanti di anggaran 2021 dapat dimaksimalkan, ” targetnya.
 
Pantauan PikiranRakyat-Cirebon.com beberapa kendala seperti akses masuk yang kurang menunjang, kemudian kendala banjir juga bakal menjadi penghambat.***(click📰)

[Pikiran-rakyat] Terapkan Social Distancing, Warga Kota Cirebon Tetap Produktif dengan Latihan Membatik

PIKIRAN RAKYAT – Penerapan sosial discanting di sejumlah daerah, menyusul angka pasien positif Covid-19 yang masih melambung tinggi.
 
Namun, kebijakan itu justru dimanfaatkan warga di RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon dengan ikut pelatihan membatik.
 
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Cirebon, Agus Sukmajaya mengatakan, langkah tersebut perlu mendapatkan apresiasi.
 
Diketahui, proses latihan membatik tersebut telah lama terjadi dan sudah berlangsung selama 24 hari terkait mewujudkan ‘Kampung Batik Kriyan’.
 
Menurut Agus, di tahun 2020 ini, pihaknya akan mengkaderkan 20 pengrajin untuk bisa membatik berbahan alami, bukan bahan kimia.
 
“Di luar perkiraan bahwa selama masa pelatihan sendiri, banyak motif baru yang tumbuh, motif itu ada yang terinspirasi dari alam sekitar maupun perkembangan sosial yang terjadi,” kata Agus.
 
Seperti halnya batik baru bermotif virus corona, dipadukan dengan motif mega mendung dan burung ini, yang juga menjadi spirit warga masyarakat melawan Covid-19.
 
“Bisa diartikan bahwa ‘Cirebon Melawan Corona’, kemudian dapat diartikan juga dengan social discanting bukan berati tidak produktif, mereka juga pelatihannya di rumah masing-masing,” kata Agus.***(click📰)

[Ayobandung] Pebatik di Kampung Kriyan Cirebon Lahirkan Batik Bermotif Virus Corona

CIREBON, AYOBANDUNG.COM — Para pebatik yang memanfaatkan pewarna alami di Kampung Kriyan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, menciptakan motif Batik Mega Corona.

Motif itu lahir dari kondisi global saat ini. Para pebatiknya sendiri merupakan warga sekitar yang tergabung dalam komunitas pemberdayaan masyarakat, Batik Story Kriyan Kota Cirebon.

Sesuai namanya, Batik Mega Corona memadukan dua motif sebagai gambaran besarnya, masing-masing mega, yang mengacu pada motif Mega Mendung khas Cirebon, dan virus Corona.

Selain mega mendung, pebatik pula memadukan motif virus Corona dengan motif lain, seperti motif burung maupun dedaunan. Seluruhnya tersaji dalam aneka warna, seperti biru, hijau, coklat, dan lainnya.

“Semuanya menggunakan pewarna alami yang ada di Kampung Kriyan,” ungkap koordinator pelatihan Batik Pewarna Alam Kampung Kriyan, Sulistyo, Rabu (1/4/2020).

Menurutnya, motif virus semacam itu telah ada sejak 2018 dan teknik yang digunakan dengan cara dicap.

Hanya, kala itu belum ada nama dan cukup disebut sebagai Cap Tiga Roda mengingat motifnya yang menampilkan virus layaknya roda dan berjumlah tiga buah.

Ketika kemudian terjadi pandemi Corona, terpikirlah untuk menamakannya Batik Corona. Penamaan itu pun didukung Dinas Tenaga Kerja Kota Cirebon.

 

“Jadi memang bikinnya sih sudah lama, cuma belum ada namanya saja,” ujarnya.

Di balik pembubuhan motif virus, terselip harapan wabah ini segera berlalu. Dalam motif Batik Mega Corona misalnya, tersimpan makna virus terbawa pergi oleh awan.

Dia menyebutkan, satu kain Batik Corona rerata dikerjakan tujuh pebatik, yang memakan waktu hingga sekitar sepuluh hari. Namun, lamanya waktu tergantung pada kerumitan motif.

“Sebenarnya karena pakai teknik cap, dikerjakannya sebentar. Pewarnaannya itu yang makan waktu lama,” bebernya.

Batik Corona dibuat di atas kain katun prima berukuran 2×0,5 meter. Pewarnanya sendiri beragam, mulai bahan dari indigo strobelantes, kayu mangrove, bakau, dan tegeran.

“Khusus indigo strobelantes, kami mendapatkannya dari Jepang karena tanaman itu tumbuh di sana,” tambahnya.

Saat ini, Batik Story Kriyan sedang memproduksi 35 kain batik bermotif virus Corona sesuai pesanan. Setiap kain dengan teknik cap dijual seharga Rp300.000 sedangkan batik tulis berkisar Rp500.000-Rp600.000.(click📰)