[TIMES] Unik, Ada Kain Batik Bermotif Corona di Pelatihan Batik Kampung Kriyan Kota Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – Di tengah pandemic Covid-19, tidak menyurutkan Pemerintah Kota Cirebon untuk melakukan pelatihan tentang batik. Uniknya, ada salah satu kain batik yang bermotifkan virus Corona.

 

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya pelatihan membatik ini dilaksanakan selama 24 hari yang diikuti oleh 20 ibu rumah tangga di Kampung Kriyan.

“Meski di tengah suasana pandemi Covid 19 pelatihan tetap berlangsung karena pelatihan dilakukan di rumah masing-masing,” ujarnya, Selasa (31/3/2020).

Karena adanya pandemic Corona inilah, lanjutnya, telah melahirkan puluhan jenis motif baru yang terinspirasi dari lingkungan sekitar, dan juga fenomena yang sedang terjadi, seperti batik bermotif Corona.

Agus menjelaskan, kain batik berwarna biru tersebut menampilkan motif bentuk sebuah virus, yang dipadu dengan motif Mega Mendung sebagai motif batik khas Cirebon. Hal tersebut seolah Cirebon sedang melawan virus Corona tersebut.

“Pembatik yang membuat motif Corona dengan perpaduan Mega Mendung, filosofisnya adalah situasi melawan Corona saat ini,” katanya.

Agus menjelaskan, pelatihan membatik tersebut dilakukan dengan pewarna alam di Kampung Kriyan Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, yang telah ditetapkan sebagai sentra kerajinan batik pewarna alam di Kota Cirebon.

Selama pelatihan, lanjutnya, para peserta pelatihan telah membuat 320 lembar kain batik pewarna alam kombinasi cap dan tulis setiap bulannya. Adapun motif-motif batik tersebut dibuat oleh sendiri tanpa disiapkan oleh instruktur.

“Penghasilan dari penjualan batik ini untuk ibu rumah tangga di Kampung Kriyan,” ungkapnya.(*)(click📰)

[Radarcirebon] Membatik Sekaligus Melestarikan Lingkungan di Batik Story Kriyan

Ada lebih dari 150 bahan pewarna alami yang digunakan untuk membatik di Batik Story Kriyan. Dari setiap bahan baku yang diperoleh, akan ditanam sehingga dapat kembali dimanfaatkan. Melalui itu, membatik dinilai mampu melestarikan lingkungan.

ADE GUSTIANA, Cirebon

KAMPUNG Kriyan Barat, masih melangsungkan pengembangan perluasan kerja melalui pelatihan membatik. Meski baru berjalan satu tahun, namun perkembangannya bisa dikatakan lumayan. Masing-masing peserta saling berbagi ilmu. Selain batik tulis, ada juga batik cap.

“Pewarna alam untuk ditanam agar bisa kembali dimanfaatkan. Di lain sisi, membatik menggunakan metode ini termasuk melestarikan alam,” ujar Sri Khoilifah, instruktur membatik yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (11/3).

Sri mengatakan, batik pewarna alam bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Sudah ada sejak tahun 2500 Sebelum Masehi. Ada beragam keunggulan membatik dengan pewarna alami. Di antaranya berdampak pada kesehatan karena tidak mengandung bahan kimia.

“Kemudian dengan batik pewarna alam, semakin lama akan semakin bagus warnanya jika dirawat dengan baik,” katanya.

Ciri khas dari batik pewarna alam lain adalah warna yang lebih lembut dilihat. Tidak mencolok, seperti menggunakan pewarna kimia. “Warna lebih soft sudah menjadi ciri khas, tetapi tergantung kita juga yang mengkombinasikan,” ungkapnya.

 

Ada berbagai pewarna alam yang digunakan. Seperti daun andelem, daun nangka, daun kersen, daun kelengkeng, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, imbuh Sri, semua daun bisa dimanfaatkan untuk pewarna batik.

Pelatihan membatik diikuti 20 orang peserta yang merupakan warga lokal dan dilaksanakan selama 24 hari. Sebagai langkah awal, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Agus Sukmanjaya, berkunjung ke RW 17 Kriyan Barat dan membuka pengembangan kesempatan perluasan kerja melalui pelatihan membatik, beberapa waktu lalu.

Apa yang dilakukan pemkot merupakan tindak lanjut dari program yang sebelumnya telah berjalan yang diinisiasi salah satu lembaga Korea Selatan tahun lalu. Ikon yang identik dengan Batik Story Kriyan, yakni daun kersen (muntingia calabura). Bahan ini adalah pewarna dasar alami yang lebih ramah lingkungan.

RW setempat, Bambang Jumantra menuturkan, ke depan di masing-masing rumah warga akan dijadikan sebagai rumah produksi batik. Sehingga diharapkan, hal itu mampu mendongkrak perekonomian warga setempat. (*)(click📰)

[Radarcirebon]Punya Ciri Khas, Batik Kriyan Digadang-gadang Jadi Ikon Kota Cirebon

Batik Story Kriyan punya ciri khas tersendiri. Baik dari motif hingga pewarnaannya yang menggunakan bahan alami. Karenanya, ada potensi untuk diangkat menjadi ikon Kota Cirebon.

LAPORAN ADE GUSTIANACirebon

Sebagai langkah awal, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Agus Sukmanjaya, berkunjung ke RW 17 Kriyan Barat dan membuka pengembangan kesempatan perluasan kerja melalui pelatihan membatik, Selasa (3/3).

Pelatihan diikuti 20 orang peserta yang merupakan warga lokal dan dilaksanakan selama 24 hari. Sebagai instruktur, Pemkot Cirebon mendatangkan salah seorang ahli membatik dari Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Apa yang dilakukan pemkot merupakan tindak lanjut dari program yang sebelumnya telah berjalan yang diinisiasi salah satu lembaga Korea Selatan tahun lalu. Ikon yang identik dengan Batik Story Kriyan, yakni daun kersen (muntingia calabura). Bahan ini adalah pewarna dasar alami yang lebih ramah lingkungan.

Namun tidak hanya daun kersen, berbagai tanaman lain bisa dimanfaatkan. Seperti batang mangrove, kayu jati, dan masih banyak lagi.

Eti memuji batik-batik yang telah dibuat perajin. Bahkan membeli kain batik bermotif daun kersen yang menjadi ikonik dan simbol Batik Story Kriyan. Ke depan, masih banyak yang akan dilakukan pemkot dalam kontribusinya untuk mengembangkan potensi tersebut.

“Kita akan berkolaborasi antar dinas untuk mengembangkan batik di Kriyan Barat. Bahwa batik ini, harus bisa lebih sempurna lagi ke depannya. Seperti untuk pemasaran baik konvensional atau digital, yang akan menggandeng dinas perindustrian dan perdagangan,” kata Eti.

Kepala Disnaker, Agus Sukmanjaya menambahkan, selain batik tulis, terdapat juga batik cap. Di mana batik cap lebih efisien dalam waktu pengerjaan, dan harganya lebih murah. “Mudah-mudahan kedepan semakin berkembang dan banyak diminati warga Cirebon dan lebih luas lagi,” ungkapnya.

RW setempat, Bambang Jumantra menuturkan, ke depan di masing-masing rumah warga akan dijadikan sebagai rumah produksi batik. Sehingga diharapkan, hal itu mampu mendongkrak perekonomian warga setempat. (click📰)

[Tagar] Kendala Pemasaran Online Batik Tulis Cirebon

Kota Cirebon – Pemasaran batik tulis pewarna alami hasil karya warga RW 17, Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, belum bisa dilakukan secara online karena terkendala minimnya produksi karena belum semua warga di kampung ini memproduksi batik.

Untuk meningkatkan hasil produksi batik tulis pewarna alami ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon pun menggelar berbagai pelatihan bagi warga setempat. Hal ini juga guna mewujudkan tekad Pemda Kota Cirebon yang ingin menjadikan RW 17 Kampung Kriyan Barat,sebagai kampung batik pewarna alami yang maju.

Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati usai membuka Pelatihan Membatik Bagi Pengrajin di RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa, 3 Maret 2020 menjelaskan jika warga Kriyan Barat akan terus diberikan pelatihan agar mereka semakin terampil membuat batik berpewarna alam ini. “Dan produk batik tulis pewarna alami dari kampung ini bisa meningkat,” kata Eti.

Seperti diketahui, pada tahap pertama pelatihan sudah diberikan oleh Korea kepada warga Kriyan Barat. Namun Pemda Kota Cirebon kembali memberikan pelatihan agar keterampilan membatik warga Kriyan Barat semakin mahir.

Bahkan tidak hanya memberikan pelatihan membatik, warga Kriyan Barat juga dilatih untuk menjual produk mereka secara online. Agar mereka mampu menjual hasil produksi batik mereka secara online. “Pelatihannya saat itu di Baperkam,” ungkap Eti.

Karena itu, Pemda Kota Cirebon terus mendorong agar warga Kriyan Barat lebih banyak lagi yang membatik. Sehingga produksi batik berpewarna alam dari Kriyan Barat akan lebih banyak lagi. “Kita bertekad untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik berpewarna alam yang maju di Kota Cirebon,” ungkap Eti.

Sementara itu Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, menjelaskan jika pelatihan yang dilakukan hari ini merupakan amanah yang disampaikan oleh pemimpin daerah di Kota Cirebon tahun lalu. “Selama 6 bulan terakhir kami berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan, perajin, inisiator dan camat agar pelatihan yang diberikan tidak keluar dari rel yang telah direncanakan sejak awal,” ungkap Agus.

Bahkan selama setahun ini, warga Kriyan Barat juga diberikan base camp untuk mereka mengeksplor maupun memamerkan hasil batik buatan mereka. “Untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik, tetap dibutuhkan dukungan. Tidak hanya dari pemerintah daerah namun juga stakeholder terkait lainnya,” ungkap Agus.(click📰)

[Bisnis] Pemkot Cirebon akan Jadikan Kampung Kriyan Barat sebagai Kampung Batik

Bisnis.com, CIREBON – Pemerintah Kota Cirebon akan menjadikan RW 17 di Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kota Cirebon, sebagai kampung batik pewarna alami. Dalam upaya tersebut, pemerintah memberikan berbagai pelatihan.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati, mengatakan pelatihan tersebut adalah kali keduanya dilakukan Pemerintah Kota Cirebon, agar keterampilan membatik warga Kriyan Barat semakin mahir.
“Kami bertekad untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik berpewarna alami yang maju di Kota Cirebon,” kata Eti di Kota Cirebon, Selasa (3/3/2020). Setelah mampu memproduksi batik, masyarakat di daerah tersebut diminta untuk terampil memasarkan hasil produknya. Salah satu cara pemasaran paling efektif saat ini menggunakan cara online.

Eti mengatakan, tidak hanya memberikan pelatihan membatik, warga Kriyan Barat juga diberikan pemahaman untuk menjual produk secara online.
“Kami mendorong agar warga Kriyan Barat lebih banyak lagi yang membatik, sehingga produksi batik berpewarna alam dari tempat ini lebih banyak lagi,” katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, mengatakan, pelatihan tersebut merupakan gagasan yang dicanangkan pimpinan daerah pada tahun lalu.

“Kami terus berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan, perajin, inisiator, dan camat, agar pelatihan yang diberikan tidak keluar dari rel dari rencana awal,” kata Agus.
Warga Kriyan Barat pun diberikan tempat berupa basecamp untuk mengeksplor maupun unjuk hasil karya batik buatan warga. “Untuk mewujudkan kampung batik, harus ada dukungan juga dari semua pihak,” katanya. (click📰)

[pikiran-rakyat] Miliki Batik Tulis Berkualitas, Pemkot Cirebon Rencanakan Kriyan Barat Menjadi Kampung Wisata Batik

PIKIRAN RAKYAT – Sudah lebih satu setengah tahun RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon memfokuskan diri pada produksi kain batik jenis tulis. 
Pemerintah Kota Cirebon sendiri hingga sekarang terus melakukan berbagai langkah agar RW 17 Kriyan Barat dapat menjadi kampung wisata batik.
Wacana kampung batik sendiri masih dalam proses, baik dari hasil karyanya, maupun sebagai kampung wisata batik tingkat Kota Cirebon.
 
“Kami Pemkot terus mengupayakan agar bisa menjadi kampung wisata batik, batiknya jenis batik tulis disini, bahan dasarnya dari kersem,” kata Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati usai membuka pelatihan peserta membatik, di RW 17 Kriyan Barat.
Eti menambahkan sudah hampir satu setengah tahun yang lalu, Korea memfasilitasi hasil karya dari warga di Kriyan Barat ini. Produk-produknya sudah di ekspor ke Korea.
“Karena disini batiknya adalah berjenis batik tulis, ada harganya tersendiri jika batik cetak biasa, harganya sendiri bisa lebih murah,” jelas Eti sambil menunjukkan contoh batik di RW 17 Kriyan Barat.
“Bentuknya juga bagus dan layak pakai, Pemkot Cirebon ke depan tentunya akan mendukung kegiatan-kegiatan, ini perlu kolaborasi dinas terkait dalam hal ini,” tambah Eti.
 
Dalam waktu dekat, Pemkot Cirebon juga akan turut memamerkan batik Kriyan Barat ini untuk dalam pameran nasional.
“Selain ditunjang dengan sistem pemasaran berbasis online,” kata Eti.
Ketua RW 17 Kriyan Barat, Bambang Jumantra menjelaskan pelatihan para pengrajin batik sendiri, pesertanya sangat antusias mereka yang daftar jumlahnya melebihi target.
“Ada tiga puluh peserta yang mendaftar, padahal kuotanya sendiri hanya dua puluh peserta,” jelas Bambang.
 
Bambang menargetkan untuk kedepannya di Kriyan barat, peserta juga bisa membuka usaha di rumahnya masing-masing untuk menambah ekonomi keluarga.
“Lamanya waktu pelatihan sendiri dari Disnaker ini 24 hari, sementara dari Korea per tiga bulan itu sepuluh hari,” ungkap Bambang.
Ada beberapa motif yang sudah di Ekspor ke Korea, yakni motif batik tulis wayang semar dan motif daun-daunan yang ada di wilayah Kriyan barat.(click📰)