[Tagar] Kendala Pemasaran Online Batik Tulis Cirebon

Kota Cirebon – Pemasaran batik tulis pewarna alami hasil karya warga RW 17, Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, belum bisa dilakukan secara online karena terkendala minimnya produksi karena belum semua warga di kampung ini memproduksi batik.

Untuk meningkatkan hasil produksi batik tulis pewarna alami ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon pun menggelar berbagai pelatihan bagi warga setempat. Hal ini juga guna mewujudkan tekad Pemda Kota Cirebon yang ingin menjadikan RW 17 Kampung Kriyan Barat,sebagai kampung batik pewarna alami yang maju.

Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati usai membuka Pelatihan Membatik Bagi Pengrajin di RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa, 3 Maret 2020 menjelaskan jika warga Kriyan Barat akan terus diberikan pelatihan agar mereka semakin terampil membuat batik berpewarna alam ini. “Dan produk batik tulis pewarna alami dari kampung ini bisa meningkat,” kata Eti.

Seperti diketahui, pada tahap pertama pelatihan sudah diberikan oleh Korea kepada warga Kriyan Barat. Namun Pemda Kota Cirebon kembali memberikan pelatihan agar keterampilan membatik warga Kriyan Barat semakin mahir.

Bahkan tidak hanya memberikan pelatihan membatik, warga Kriyan Barat juga dilatih untuk menjual produk mereka secara online. Agar mereka mampu menjual hasil produksi batik mereka secara online. “Pelatihannya saat itu di Baperkam,” ungkap Eti.

Karena itu, Pemda Kota Cirebon terus mendorong agar warga Kriyan Barat lebih banyak lagi yang membatik. Sehingga produksi batik berpewarna alam dari Kriyan Barat akan lebih banyak lagi. “Kita bertekad untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik berpewarna alam yang maju di Kota Cirebon,” ungkap Eti.

Sementara itu Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, menjelaskan jika pelatihan yang dilakukan hari ini merupakan amanah yang disampaikan oleh pemimpin daerah di Kota Cirebon tahun lalu. “Selama 6 bulan terakhir kami berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan, perajin, inisiator dan camat agar pelatihan yang diberikan tidak keluar dari rel yang telah direncanakan sejak awal,” ungkap Agus.

Bahkan selama setahun ini, warga Kriyan Barat juga diberikan base camp untuk mereka mengeksplor maupun memamerkan hasil batik buatan mereka. “Untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik, tetap dibutuhkan dukungan. Tidak hanya dari pemerintah daerah namun juga stakeholder terkait lainnya,” ungkap Agus.(click📰)