[KOMPAS] Kriyan Batik, from Cocoon to Butterfly

Covid-19 pandemic is a time for cocooning oneself with creation. Later, when the butterfly emerges, many people can enjoy its beauty. This is the how the craftsmen of Batik Story Kriyan (BSK) have been facing the coronavirus health emergency that has hit almost all sectors of the economy, including the batik industry.

The Covid-19 pandemic hit the country just as Batik Story Kriyan (BSK) turned 2. Its plans to exhibit at many batik festivals had to be cancelled. However, the organization founded in Cirebon, West Java, with the assistance of the Korea Arts and Culture Education Service (KACES), was not discouraged.(clickđź“°)

[KOMPAS] Batik Kriyan, dari Kepompong Menuju Kupu-kupu

Pandemi Covid-19 adalah masa menjadi kepompong, menyelimuti diri dengan karya. Kelak, ketika menjelma kupu-kupu, banyak orang menikmati keindahannya. Beginilah cara perajin Batik Story Kriyan menghadapi wabah yang menghantam hampir semua sektor, termasuk industri batik.

Ketika usia Batik Story Kriyan (BSK) baru dua tahun, pandemi Covid-19 datang. Berbagai rencana pameran hingga festival batik batal. Namun, organisasi asal Kota Cirebon, Jawa Barat, yang terbentuk atas bantuan Korea Arts and Culture Education Service (KACES) ini tidak patah semangat.(clickđź“°)

[Radarcirebon] Perajin Batik Kriyan Ciptakan Motif Daun Jati

CIREBON – Perajin pusat pelatihan batik di Batik Story Kriyan Kota Cirebon kembali menciptakan motif baru yang memiliki nilai filosofi tersendiri.

Motif batik tersebut yakni daun jati. Dipilihnya daun jati sebagai motif batik, bertujuan agar masyarakat mengingat Sunan Gunung Jati sebagai tokoh penting di Cirebon.

“Kalau motif sengaja saya angkat daun jati dengan corak yang bervariasi. Kenapa daun jati, karena untuk mengingatkan masyarakat pertama kali Sunan Gunung Jati datang ke tanah Cirebon untuk syiar Islam,” ujar Fery Sugeng Santoso, pelatih batik di Batik Story Kriyan kepada radarcirebon.com.

Fery menuturkan, tambahan motif lainnya di Batik Story Kriyan sebagi simbol persatuan dalam banyak perbedaan.

“Motif batik batu yang berhasil dibuat para perajin Batik Story Kriyan diharapkan bisa disukai dan diterima oleh masyarakat Kota Cirebon, umumnya Ciayumajakuning,” pungkasnya. (rdh)

Fery Sugeng Santoso, pelatih batik di Batik Story Kriyan menunjukkan batik motif baru. FOTO: DEDI HARYADI/RADARCIREBON.COM(clickđź“°)

[KOMPAS] Batik Story Kriyan dengan Pewarna Alam

Perajin Batik Story Kriyan menggelar makan bersama untuk merayakan Hari Batik Nasional, Jumat (2/10/2020), di RW 017 Kriyan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Meskipun pandemi Covid-19, perajin yang merupakan ibu rumah tangga hingga anak putus sekolah ini tetap berkarya. (clickđź“°)

[SINDINEWS] Batik Kriyan Cirebon, Ragam Motifnya Semakin Diminati Semua Kalangan

CIREBON – Eksistensi geliat batik Kriyan asal Cirebon, Jawa Barat, terus berkembang dan makin diminati masyarakat luas.

Di momentum Hari Batik Nasional, batik Kriyan terus bertranformasi menjadi batik unggulan yang memiliki ciri khas pewarna alam.

Momentum Hari Batik Nasional 2 Oktober 2020, menjadi kebangkitan batik Kriyan Cirebon yang baru berusia 3 tahun untuk terus eksis dikenal dunia.

Menurut salah satu pengrajin batik kriyan Fery Sugeng Santoso, geliat Batik Kriyan bertransformasi menjadi batik yang memiliki ciri khas tersendiri dari segi pewarnaan menggunakan pewarna alam, seperti warna dari bunga dilem, akar wangi, kayu secang, tageran hingga jolawe.

Tidak hanya pada warna batik, motif Batik Kriyan juga mengangkat motif daun jati yang memiliki filosofi mengenang sunan gunungjati dalam syiar agama islam di Pulau jawa. 

“Kekayaan motif batik di Cirebon dikombinasikan dengan motif lainnya seperti batik motif corona, dan aksesn motif mega mendung,” katanya. 

Ditambahkan dia, pemasaran batik Kriyan Kota Cirebon saat ini perlahan meningkat dari pasar lokal hingga internasional. Pengrajin batik berbarap batik yang kini ditetapkan sebagai warisan budaya indonesia oleh Unesco terus lestari dan semakin dicintai banyak masyarakat di Indonesia dan dunia.(clickđź“°)

[Radarcirebon] Kampung Batik Kriyan Cirebon Perlu Dukungan Pemerintah

CIREBON – Di masa pandemi Covid-19 saat ini, pemasaran batik hasil karya di tempat pelatihan batik Kampung Kriyan Barat, Kota Cirebon, perlu dukungan pemerintah. Seperti dukungan dalam sarana promosi produk.

Pasalnya, batik yang dihasilkan oleh para peserta pelatihan di Kampung Batik Kriyan tersebut belum bisa dipasarkan secara luas.

Minimnya ruang sarana promosi menjadi salah satu kendalan selama ini. Sehingga untuk mendorong pemasarannya perlu adanya dukungan promosi dari Pemerintah Kota Cirebon.

“Bukan hanya alat dan pelatihan membatik saja, Pemerintah Kota Cirebon seharusnya juga memberikan pelatihan tentang pemasarannya dan promosi. Kita memiliki harapan yang sangat tinggi, produk batik Kriyan ini dibeli bukan berdasarkan karena belas kasihan, tapi dibeli karena kualitas yang baik dan layak untuk dipakai,” ujar Feri Sugeng Santoso, pelatih batik story di Kampung Batik Kriyan kepada radarcirebon.com, Jumat (2/10).

Feri juga menuturkan, program Kampung Batik Kriyan yang semula dicanangkan Pemkot Cirebon masih jalan di tempat.

“Kami berharap ke depan, kampung Kriyan Barat ini tercipta menjadi Kampung Batik. Artinya di kampung Kriyan ini akan bermunculan home industri batik mulai menjual bahan bakunya, mengelola limbah batiknya. Jadi bukan hanya menjual produk batiknya saja. Selama ini tidak ada follow up dari Pemkot Cirebon setelah Kampung Kriyan Barat ini dicanangkan sebagi kampung batik Kota Cirebon,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Sekertaris Batik Story, Euis mengungkapkan, dirinya bersama perajin lainnya terus berinovasi dengan membuat batik bertemakan Corona dan dipasarkan melalui media sosial.

“Melalui medsos, batik motif Corona yang kami buat dibeli oleh seorang warga negara asing (WNA) Bosnia yang sedang tinggal di Indonesia, tepatnya di Bogor,” ungkap Euis. (rdh) (click📰)

[Okenews] Mengenal Kampung Batik Kriyan Cirebon

CIREBON – Daerah Trusmi sudah dikenal masyarakat luas sebagai kampung batik di Cirebon, Jawa Barat. Banyak motif batik di kampung ini yang memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri.

Namun, tidak hanya Trusmi saja yang menyandang predikat sebagai kampung batik di Cirebon. Ternyataya baru-baru ini ada juga kampung batik yang muncul, tepatnya di Kota Cirebon, Jawa Barat.

Nama kampung batik ini adalah kampung batik Kriyan. Lokasinya berada di Kampung Kriyan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Kampung batik ini terbilang baru karena didirikan sekitar 2018.

Kampung batik Kriyan melahirkan motif batik yang cukup beragam seperti motif daun jati, daun pandan, motif perahu, wayang, motif daun kersem dan sebagainya.

Motif-motif batik ini diciptakan langsung oleh masyarakat sekitar. Mereka terinsipirasi membuat motif seperti itu dari tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggalnya.

“Batik Kriyan adalah hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Cirebon dengan Korea Arts & Culture Education Service (KACES). Mereka diberikan pelatihan dan pendampingan, dari menentukan motif, memproduksi batik, hingga menjual batik,” kata Ketua RW 17 Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Bambang Jumantra, Jumat (2/10/2020).

Ia menjelaskan, pembuatan batik di kampung batik Kriyan berbeda dengan pembuatan batik di daerah lain. Sebab, batik yang dibuat di sini memanfaatkan pewarna alami.

Pewarna itu didapat dari bahan-bahan seperti buah binahong, biji jolawe, dan kulit kayu mangrove.

Ia menambahkan, kendati belum dipasarkan secara luas, batik hasil buatan warga kampung Kriyan sudah banyak digemari sebagai oleh-oleh. (clickđź“°)

[TIMES] Cara Melatih Perajin Batik Kriyan Cirebon Ditengah Pandemi Covid-19

TIMESINDONESIA, CIREBON – Membuat sebuah produk yang berkualitas baik, dan tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin pesat tidak selalu mudah. Setiap produk yang ditawarkan harus memiliki nilai jual tersendiri, seperti Batik Kriyan yang memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda.

 

Trainer Batik Story Kriyan, Ferry mengatakan program pelatihan yang sudah berjalan selama dua tahun hasilnya sudah membuahkan hasil baik batik tulis dan cap. Pewarnaannya memakai bahan tumbuh-tumbuhan dari alam.

“Kenapa memakai pewarna alam, karena memang kembali lagi untuk pasar dunia diluar sana batik lebih ke pewarna alam dan pelestarian alamnya. Dan untuk hasilnya sendiri dari pewarna alam tidak kalah cantik.” ujar Ferry, Senin (14/9/2020).

Untuk satu lembar kain berukuran 2,5 meter, batik diselesaikan dalam waktu satu Minggu harus selesai. 

“Untuk pelatihannya di tahun ini karena ada Covid-19, kita hanya ada 4 bulan pelatihan full terus setiap hari. Untuk meningkatkan kualitas mereka, dan mereka kita ajarkan manajemen usaha juga,” tambah Ferry.

Target waktu dalam pembuatan Batik Kriyan memiliki waktu satu hari mengolah kain, besoknya membuat desain untuk motifnya lalu 2-3 hari diselesaikan untuk proses membatiknya,. Selanjutnya dilanjutkan pewarnaan sampai selesai.

“Teman-teman disini kita ajarkan dengan sistem tata kelola pekerjaan yang dari awal sudah direncanakan, sehingga sesuai dengan target. Termasuk dengan warna, kita mengharapkan warna yang gimana, dimotifnya bagaimana warnanya, itu kita ajarkan mereka supaya ketika mereka selesai tidak terlalu jauh meleset dari yang diinginkan,” kata Ferry.

Harapannya produk dari Batik Kriyan sendiri bukan hanya dipasarkan di lokal saja, tapi diharapkan produk mereka laku di pasar internasional. (*) (click📰)

[TIMES] Generasi Muda Jadi Penggagas Kampung Batik Kriyan Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – Peran remaja dalam membentuk perubahan bagi bangsa dianggap penting untuk menciptakan perubahan. Seperti yang dilakukan para remaja yang menjadi penggerak di Kampung Batik Kriyan Cirebon.

 

Sulistio, Ketua Kelompok Batik Kriyan Kota Cirebon, Jawa Barat mengatakan, awal mula dibentuknya batik kriyan adalah karena tidak adanya kegiatan pemuda di wilayah tersebut. Kemudian mengajak Sulistio yang merupakan pendatang untuk membuat kegiatan kelompok belajar anak-anak dan remaja.

Karena tidak ada tempat, mereka membabat rumput-rumput bantaran sungai untuk dijadikan tempat mereka mengajari anak-anak mewarnai, dan mendongeng. Dalam perjalanan kegiatan kelompok belajar, Sulistio dan teman-temannya di ajak untuk membuat sebuah batik yang memiliki ciri khas.

Kegiatan bersama anak anak dan pelatihan batik kriyan b

“Jadi kita itu ditawarin sama bapak Deddy untuk buat pelatihan batik, yang saat ini menurut kita batik terlalu biasa banget. Tapi kami terima dan semangat banget, Yang kemudian memperkenalkan kami dengan pihak yang siap memberikan pelatihan untuk kami yaitu dari Korea,” kata Sulistio, Jumat (11/09/2020).

Untuk pelatihan batik, sulistio tidak memfokuskan hanya kepada anak-anak atau remajanya saja, tetapi ke semua elemen masyarakat kriyan.

“Siapapun bisa ikut, semua boleh belajar membatik, di sini kami membebaskan. Dalam waktu 2 tahun, batik kriyan sudah dikenal. Padahal dalam mempelajari teknik membatik seharusnya minimal 5 Tahun baru bisa dikatakan mahir,” imbuhnya.

Namun kendati demikian, lantas tidak membuat Batik Kriyan Cirebon puas. Batik kriyan terus melebarkan sayapnya, menghasilkan batik-batik yang berkualitas dari batik tulis, sampai batik cap. (*)(click📰)

[TIMES] Batik Kriyan Cirebon Menuju Kampung Wisata 2021

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan Cirebon semakin banyak diminati. Perpaduan batik modern dan tradisional membuatnya unik dan khas. Perwarnaan yang menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan dan pepohonan membuatnya menjadi batik kriyan ramah lingkungan yang disukai banyak orang.

 

Batik kriyan yang berawal dari sebuah kelompok belajar, kemudian berkembang menjadi produsen batik dengan pusat kerajinan ada di Kriyan Barat Jalan Pangeran Antrawulan, RT.01/RW.17, Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. 

Ketua batik kriyan Sulistio mengatakan, tidak menyangka jika batik di kampungnya bisa berkembang pesat dan diharapkan menjadi ikon kampung wisata di tahun 2021 oleh Pemkot Cirebon.

Batik kriyan kota Cirebon b

Kesiapan untuk menjadikan Kriyan sebagai kampung wisata sempat membuat pengelola kelompok belajar batik kriyan ini khawatir dan terbebani. Mereka menilai masih banyak hal yang perlu dipersiapkan.

“Saat ini batik kriyan memiliki 12 sukarelawan dalam proses pembuatan batik, yang awalnya 22. Hal ini dikarenakan dari sukarelawan tidak mendapatkan upah, karena di kelompok ini yang bergabung bukan untuk bekerja, tapi sebatas mengisi waktu luang,” kata Sulistio selaku ketua batik kriyan saat di temui di galeri batik kriyan, Jumat (11/09/2020).

Kesadaran masyarakat diperlukan untuk mendukung terlaksananya kampung wisata di kriyan ini. Harapannya, setiap rumah memiliki alat pembuat batik sehingga mereka bisa tetap berkreativitas di rumahnya tanpa harus datang ke galeri batik kriyan. 

“Harapannya batik kriyan bisa terus melakukan produksi dan penjualan secara besar-besaran. Semakin banyak masyarakat yang terlibat, dan pemerintah bisa memakai batik hasil buatan warganya yaitu batik kriyan untuk menjadi salah satu pakaian dinasnya sehingga batik kriyan cirebon semakin dikenal,” tambahan Sulistio. (*)(clickđź“°)