[TIMES] Gunakan Perwana Alam, Batik Kriyan Cirebon Disukai Wisatawan Asing

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan merupalan salah satu hasil kerajinan tangan khas warga Kota Cirebon, Jawa Barat. Batik Kriyan mulai dibangun tahun 2018 lalu.

 

Meski baru 3 tahun beroperasi, pesanan batik kriyan sudah diminati wisatawan lokal dan mancanegara.

Salah seorang Pengelola Batik Story Kriyan, Sulistio mengatakan, penamaan batik story kriyan adalah pemberian dari arts & culture education service asal Korea.

Perajin-Batik-Kriyan-a.jpg

Hingga kini batik story kriyan masih dalam binaan arts & culture education service asal Korea. Sulis menjelaskan, batik story kriyan mendapat sambutan baik. Dulu, pusat kerajinan batik ini dibuka oleh mantan Plt Wali Kota Cirebon 2018 Dedi Taufik.

Dari kerjasama binaan negara Korea dan memanfaatkan sosial media dalam pemasarannya. Batik Kriyan sukses mengambil hati wisatawan lokal hingga mancanegara.

“Penjualannya kita terbantu dengan media sosial, juga karena batik story kriyan adalah hasil binaan Korea, maka sering sekali hasil batik story kriyan dikirimkan ke Korea,” kata dia.

Tak heran batik kriyan lebih unggul dari batik sejenisnya. Ciri khas bahan yang digunakan untuk menggambar di atas kain menggunakan pewarna alam, seperti dari dedaunan yang mudah ditemui di sekitar perajin Batik Kriyan.

Perajin-Batik-Kriyan-b.jpg

Proses pembuatan secara manual ini membuat harga batik kriyan terbilang ekonomis. Mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu saja.

“saya atas nama teman-teman anggota Batik Story mengucapkan, banyak trimakasih kepada pemda Kota Cirebon khususnya Wakil Wali Kota Cirebon, Disnaker dan Dinsos, yang sudah membantu dengan memberikan pelatihan juga bahan dan alat-alat kebutuhan  produksi Batik Kriyan Saya juga berterimakasih pada Bapak Dedi Taufik dan pihak dari negara korea juga ibu Dr Siska LM dan pelatih kita ibu Sri kholifah, juga mas ferry sugeng santoso,” ucapnya. (*)(click📰)

[TIMES] Batik Kriyan Khas Kota Cirebon Gunakan Pewarna Alami

TIMESINDONESIA, CIREBON – Batik Kriyan merupakan salah satu produk unggulan masyarakat Kota Cirebon. Berasal dari Kampung Kriyan Barat Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, batik tersebut diinisiasi oleh penduduk asli kampung Kriyan Barat.

Kampung Batik Kriyan menjadi salah satu agenda city tour yang di selenggarakan DKOKP Kota Cirebon. Bersama beberapa mitra pariwisata, Batik Kriyan salah satu destinasi pilihan untuk mencari souvenir atau oleh-oleh pernak pernik batik khas kota Cirebon.

batik-kriyan-b.jpg

Pengelola Batik Story Kriyan, Sulistio mengatakan batik Kriyan berawal dari keresahan masyarakat setempat yang miris melihat anak-anak sering bermain gadget.

“Untuk mengurangi penggunaan gawai pada anak, masyarakat akhirnya sering membuat kegiatan untuk mengisi waktu luang anak-anak mereka dengan belajar membatik, berawal dari memberikan pembelajaran membatik ke sekolah-sekolah hingga terpilihlah kampung kriyan barat untuk mendapat pembinaan membatik,” kata dia belum lama ini.

batik-kriyan-c.jpg

Bahan yang digunakan untuk membuat satu kain batik Kriyan berukuran 2.5 meter juga berasal dari alam, yaitu daun Ketapang, daun kersem dan daun mangga.

“Motif yang dimiliki, ada motif daun kersem, motif beras, motif Kamboja dan motif lainnya yang berhubungan dengan alam, namun motif khas yang ditonjolkan batik Kriyan itu motif daun kersem,” kata dia.

Sementara itu untuk proses pewarnaan, batik Kriyan menggunakan pewarna alami, seperti akar wangi, kulit pohon, dari dedaunan juga dari batang pohon. “Daun batang mangrove, kayu secang, batang Laweh, kayu tegeran, yang biasanya di gunakan untuk pewarnaan,” kata dia.(*) (click📰)

[Merdeka] Unik, Pembatik Kampung Kriyan Cirebon Ciptakan Batik Motif Corona

Merdeka.com- Pandemi virus corona yang telah menyebar hampir di seluruh dunia rupanya memberikan inspirasi bagi para pem batik yang tergabung dalam komunitas pemberdayaan masyarakat, Batik Story Kriyan Kota Cirebon.

Seperti yang dilansir dari Ayocirebon, para perajin batik di Kampung Kriyan, Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon tersebut membuat batik megamendung dengan motif tambahan berbentuk sel Covid-19.(click📰)

[Pikiran-rakyat] Ada Kampung Batik Bahan Alami di Cirebon, Pemkot Janji Dongkrak Infrastrukturnya di 2021

PIKIRAN RAKYAT – Dalam mendukung maksimalnya pengembangan Kampung Batik Bahan Alami, di RW 17 Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, Pemkot Cirebon menargetkan perbaikan infrastrukturnya.
 
“Target 2021 lebih dimaksimalkan perbaikannya, meski sebagian sudah diperbaiki di tahun 2020 ini,” kata Wakil Walikota Cirebon, Hj. Eti Herawati.
 
Eti menjelaskan, berbagai sarana pendukung lainnya, sudah di dukung dengan adanya Baperkam dan lain sebagainya.
 
“Memang saya akui belum maksimal, semoga nanti di anggaran 2021 dapat dimaksimalkan, ” targetnya.
 
Pantauan PikiranRakyat-Cirebon.com beberapa kendala seperti akses masuk yang kurang menunjang, kemudian kendala banjir juga bakal menjadi penghambat.***(click📰)

[Pikiran-rakyat] Terapkan Social Distancing, Warga Kota Cirebon Tetap Produktif dengan Latihan Membatik

PIKIRAN RAKYAT – Penerapan sosial discanting di sejumlah daerah, menyusul angka pasien positif Covid-19 yang masih melambung tinggi.
 
Namun, kebijakan itu justru dimanfaatkan warga di RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon dengan ikut pelatihan membatik.
 
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Cirebon, Agus Sukmajaya mengatakan, langkah tersebut perlu mendapatkan apresiasi.
 
Diketahui, proses latihan membatik tersebut telah lama terjadi dan sudah berlangsung selama 24 hari terkait mewujudkan ‘Kampung Batik Kriyan’.
 
Menurut Agus, di tahun 2020 ini, pihaknya akan mengkaderkan 20 pengrajin untuk bisa membatik berbahan alami, bukan bahan kimia.
 
“Di luar perkiraan bahwa selama masa pelatihan sendiri, banyak motif baru yang tumbuh, motif itu ada yang terinspirasi dari alam sekitar maupun perkembangan sosial yang terjadi,” kata Agus.
 
Seperti halnya batik baru bermotif virus corona, dipadukan dengan motif mega mendung dan burung ini, yang juga menjadi spirit warga masyarakat melawan Covid-19.
 
“Bisa diartikan bahwa ‘Cirebon Melawan Corona’, kemudian dapat diartikan juga dengan social discanting bukan berati tidak produktif, mereka juga pelatihannya di rumah masing-masing,” kata Agus.***(click📰)

[Ayobandung] Pebatik di Kampung Kriyan Cirebon Lahirkan Batik Bermotif Virus Corona

CIREBON, AYOBANDUNG.COM — Para pebatik yang memanfaatkan pewarna alami di Kampung Kriyan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, menciptakan motif Batik Mega Corona.

Motif itu lahir dari kondisi global saat ini. Para pebatiknya sendiri merupakan warga sekitar yang tergabung dalam komunitas pemberdayaan masyarakat, Batik Story Kriyan Kota Cirebon.

Sesuai namanya, Batik Mega Corona memadukan dua motif sebagai gambaran besarnya, masing-masing mega, yang mengacu pada motif Mega Mendung khas Cirebon, dan virus Corona.

Selain mega mendung, pebatik pula memadukan motif virus Corona dengan motif lain, seperti motif burung maupun dedaunan. Seluruhnya tersaji dalam aneka warna, seperti biru, hijau, coklat, dan lainnya.

“Semuanya menggunakan pewarna alami yang ada di Kampung Kriyan,” ungkap koordinator pelatihan Batik Pewarna Alam Kampung Kriyan, Sulistyo, Rabu (1/4/2020).

Menurutnya, motif virus semacam itu telah ada sejak 2018 dan teknik yang digunakan dengan cara dicap.

Hanya, kala itu belum ada nama dan cukup disebut sebagai Cap Tiga Roda mengingat motifnya yang menampilkan virus layaknya roda dan berjumlah tiga buah.

Ketika kemudian terjadi pandemi Corona, terpikirlah untuk menamakannya Batik Corona. Penamaan itu pun didukung Dinas Tenaga Kerja Kota Cirebon.

 

“Jadi memang bikinnya sih sudah lama, cuma belum ada namanya saja,” ujarnya.

Di balik pembubuhan motif virus, terselip harapan wabah ini segera berlalu. Dalam motif Batik Mega Corona misalnya, tersimpan makna virus terbawa pergi oleh awan.

Dia menyebutkan, satu kain Batik Corona rerata dikerjakan tujuh pebatik, yang memakan waktu hingga sekitar sepuluh hari. Namun, lamanya waktu tergantung pada kerumitan motif.

“Sebenarnya karena pakai teknik cap, dikerjakannya sebentar. Pewarnaannya itu yang makan waktu lama,” bebernya.

Batik Corona dibuat di atas kain katun prima berukuran 2×0,5 meter. Pewarnanya sendiri beragam, mulai bahan dari indigo strobelantes, kayu mangrove, bakau, dan tegeran.

“Khusus indigo strobelantes, kami mendapatkannya dari Jepang karena tanaman itu tumbuh di sana,” tambahnya.

Saat ini, Batik Story Kriyan sedang memproduksi 35 kain batik bermotif virus Corona sesuai pesanan. Setiap kain dengan teknik cap dijual seharga Rp300.000 sedangkan batik tulis berkisar Rp500.000-Rp600.000.(click📰)

[TIMES] Unik, Ada Kain Batik Bermotif Corona di Pelatihan Batik Kampung Kriyan Kota Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – Di tengah pandemic Covid-19, tidak menyurutkan Pemerintah Kota Cirebon untuk melakukan pelatihan tentang batik. Uniknya, ada salah satu kain batik yang bermotifkan virus Corona.

 

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya pelatihan membatik ini dilaksanakan selama 24 hari yang diikuti oleh 20 ibu rumah tangga di Kampung Kriyan.

“Meski di tengah suasana pandemi Covid 19 pelatihan tetap berlangsung karena pelatihan dilakukan di rumah masing-masing,” ujarnya, Selasa (31/3/2020).

Karena adanya pandemic Corona inilah, lanjutnya, telah melahirkan puluhan jenis motif baru yang terinspirasi dari lingkungan sekitar, dan juga fenomena yang sedang terjadi, seperti batik bermotif Corona.

Agus menjelaskan, kain batik berwarna biru tersebut menampilkan motif bentuk sebuah virus, yang dipadu dengan motif Mega Mendung sebagai motif batik khas Cirebon. Hal tersebut seolah Cirebon sedang melawan virus Corona tersebut.

“Pembatik yang membuat motif Corona dengan perpaduan Mega Mendung, filosofisnya adalah situasi melawan Corona saat ini,” katanya.

Agus menjelaskan, pelatihan membatik tersebut dilakukan dengan pewarna alam di Kampung Kriyan Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, yang telah ditetapkan sebagai sentra kerajinan batik pewarna alam di Kota Cirebon.

Selama pelatihan, lanjutnya, para peserta pelatihan telah membuat 320 lembar kain batik pewarna alam kombinasi cap dan tulis setiap bulannya. Adapun motif-motif batik tersebut dibuat oleh sendiri tanpa disiapkan oleh instruktur.

“Penghasilan dari penjualan batik ini untuk ibu rumah tangga di Kampung Kriyan,” ungkapnya.(*)(click📰)

[Radarcirebon] Membatik Sekaligus Melestarikan Lingkungan di Batik Story Kriyan

Ada lebih dari 150 bahan pewarna alami yang digunakan untuk membatik di Batik Story Kriyan. Dari setiap bahan baku yang diperoleh, akan ditanam sehingga dapat kembali dimanfaatkan. Melalui itu, membatik dinilai mampu melestarikan lingkungan.

ADE GUSTIANA, Cirebon

KAMPUNG Kriyan Barat, masih melangsungkan pengembangan perluasan kerja melalui pelatihan membatik. Meski baru berjalan satu tahun, namun perkembangannya bisa dikatakan lumayan. Masing-masing peserta saling berbagi ilmu. Selain batik tulis, ada juga batik cap.

“Pewarna alam untuk ditanam agar bisa kembali dimanfaatkan. Di lain sisi, membatik menggunakan metode ini termasuk melestarikan alam,” ujar Sri Khoilifah, instruktur membatik yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (11/3).

Sri mengatakan, batik pewarna alam bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Sudah ada sejak tahun 2500 Sebelum Masehi. Ada beragam keunggulan membatik dengan pewarna alami. Di antaranya berdampak pada kesehatan karena tidak mengandung bahan kimia.

“Kemudian dengan batik pewarna alam, semakin lama akan semakin bagus warnanya jika dirawat dengan baik,” katanya.

Ciri khas dari batik pewarna alam lain adalah warna yang lebih lembut dilihat. Tidak mencolok, seperti menggunakan pewarna kimia. “Warna lebih soft sudah menjadi ciri khas, tetapi tergantung kita juga yang mengkombinasikan,” ungkapnya.

 

Ada berbagai pewarna alam yang digunakan. Seperti daun andelem, daun nangka, daun kersen, daun kelengkeng, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, imbuh Sri, semua daun bisa dimanfaatkan untuk pewarna batik.

Pelatihan membatik diikuti 20 orang peserta yang merupakan warga lokal dan dilaksanakan selama 24 hari. Sebagai langkah awal, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Agus Sukmanjaya, berkunjung ke RW 17 Kriyan Barat dan membuka pengembangan kesempatan perluasan kerja melalui pelatihan membatik, beberapa waktu lalu.

Apa yang dilakukan pemkot merupakan tindak lanjut dari program yang sebelumnya telah berjalan yang diinisiasi salah satu lembaga Korea Selatan tahun lalu. Ikon yang identik dengan Batik Story Kriyan, yakni daun kersen (muntingia calabura). Bahan ini adalah pewarna dasar alami yang lebih ramah lingkungan.

RW setempat, Bambang Jumantra menuturkan, ke depan di masing-masing rumah warga akan dijadikan sebagai rumah produksi batik. Sehingga diharapkan, hal itu mampu mendongkrak perekonomian warga setempat. (*)(click📰)

[Radarcirebon]Punya Ciri Khas, Batik Kriyan Digadang-gadang Jadi Ikon Kota Cirebon

Batik Story Kriyan punya ciri khas tersendiri. Baik dari motif hingga pewarnaannya yang menggunakan bahan alami. Karenanya, ada potensi untuk diangkat menjadi ikon Kota Cirebon.

LAPORAN ADE GUSTIANACirebon

Sebagai langkah awal, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Agus Sukmanjaya, berkunjung ke RW 17 Kriyan Barat dan membuka pengembangan kesempatan perluasan kerja melalui pelatihan membatik, Selasa (3/3).

Pelatihan diikuti 20 orang peserta yang merupakan warga lokal dan dilaksanakan selama 24 hari. Sebagai instruktur, Pemkot Cirebon mendatangkan salah seorang ahli membatik dari Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Apa yang dilakukan pemkot merupakan tindak lanjut dari program yang sebelumnya telah berjalan yang diinisiasi salah satu lembaga Korea Selatan tahun lalu. Ikon yang identik dengan Batik Story Kriyan, yakni daun kersen (muntingia calabura). Bahan ini adalah pewarna dasar alami yang lebih ramah lingkungan.

Namun tidak hanya daun kersen, berbagai tanaman lain bisa dimanfaatkan. Seperti batang mangrove, kayu jati, dan masih banyak lagi.

Eti memuji batik-batik yang telah dibuat perajin. Bahkan membeli kain batik bermotif daun kersen yang menjadi ikonik dan simbol Batik Story Kriyan. Ke depan, masih banyak yang akan dilakukan pemkot dalam kontribusinya untuk mengembangkan potensi tersebut.

“Kita akan berkolaborasi antar dinas untuk mengembangkan batik di Kriyan Barat. Bahwa batik ini, harus bisa lebih sempurna lagi ke depannya. Seperti untuk pemasaran baik konvensional atau digital, yang akan menggandeng dinas perindustrian dan perdagangan,” kata Eti.

Kepala Disnaker, Agus Sukmanjaya menambahkan, selain batik tulis, terdapat juga batik cap. Di mana batik cap lebih efisien dalam waktu pengerjaan, dan harganya lebih murah. “Mudah-mudahan kedepan semakin berkembang dan banyak diminati warga Cirebon dan lebih luas lagi,” ungkapnya.

RW setempat, Bambang Jumantra menuturkan, ke depan di masing-masing rumah warga akan dijadikan sebagai rumah produksi batik. Sehingga diharapkan, hal itu mampu mendongkrak perekonomian warga setempat. (click📰)

[Tagar] Kendala Pemasaran Online Batik Tulis Cirebon

Kota Cirebon – Pemasaran batik tulis pewarna alami hasil karya warga RW 17, Kampung Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, belum bisa dilakukan secara online karena terkendala minimnya produksi karena belum semua warga di kampung ini memproduksi batik.

Untuk meningkatkan hasil produksi batik tulis pewarna alami ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon pun menggelar berbagai pelatihan bagi warga setempat. Hal ini juga guna mewujudkan tekad Pemda Kota Cirebon yang ingin menjadikan RW 17 Kampung Kriyan Barat,sebagai kampung batik pewarna alami yang maju.

Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati usai membuka Pelatihan Membatik Bagi Pengrajin di RW 17 Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa, 3 Maret 2020 menjelaskan jika warga Kriyan Barat akan terus diberikan pelatihan agar mereka semakin terampil membuat batik berpewarna alam ini. “Dan produk batik tulis pewarna alami dari kampung ini bisa meningkat,” kata Eti.

Seperti diketahui, pada tahap pertama pelatihan sudah diberikan oleh Korea kepada warga Kriyan Barat. Namun Pemda Kota Cirebon kembali memberikan pelatihan agar keterampilan membatik warga Kriyan Barat semakin mahir.

Bahkan tidak hanya memberikan pelatihan membatik, warga Kriyan Barat juga dilatih untuk menjual produk mereka secara online. Agar mereka mampu menjual hasil produksi batik mereka secara online. “Pelatihannya saat itu di Baperkam,” ungkap Eti.

Karena itu, Pemda Kota Cirebon terus mendorong agar warga Kriyan Barat lebih banyak lagi yang membatik. Sehingga produksi batik berpewarna alam dari Kriyan Barat akan lebih banyak lagi. “Kita bertekad untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik berpewarna alam yang maju di Kota Cirebon,” ungkap Eti.

Sementara itu Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, menjelaskan jika pelatihan yang dilakukan hari ini merupakan amanah yang disampaikan oleh pemimpin daerah di Kota Cirebon tahun lalu. “Selama 6 bulan terakhir kami berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan, perajin, inisiator dan camat agar pelatihan yang diberikan tidak keluar dari rel yang telah direncanakan sejak awal,” ungkap Agus.

Bahkan selama setahun ini, warga Kriyan Barat juga diberikan base camp untuk mereka mengeksplor maupun memamerkan hasil batik buatan mereka. “Untuk menjadikan Kriyan Barat sebagai kampung batik, tetap dibutuhkan dukungan. Tidak hanya dari pemerintah daerah namun juga stakeholder terkait lainnya,” ungkap Agus.(click📰)