[Ayobandung] Pebatik di Kampung Kriyan Cirebon Lahirkan Batik Bermotif Virus Corona

CIREBON, AYOBANDUNG.COM — Para pebatik yang memanfaatkan pewarna alami di Kampung Kriyan, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, menciptakan motif Batik Mega Corona.

Motif itu lahir dari kondisi global saat ini. Para pebatiknya sendiri merupakan warga sekitar yang tergabung dalam komunitas pemberdayaan masyarakat, Batik Story Kriyan Kota Cirebon.

Sesuai namanya, Batik Mega Corona memadukan dua motif sebagai gambaran besarnya, masing-masing mega, yang mengacu pada motif Mega Mendung khas Cirebon, dan virus Corona.

Selain mega mendung, pebatik pula memadukan motif virus Corona dengan motif lain, seperti motif burung maupun dedaunan. Seluruhnya tersaji dalam aneka warna, seperti biru, hijau, coklat, dan lainnya.

“Semuanya menggunakan pewarna alami yang ada di Kampung Kriyan,” ungkap koordinator pelatihan Batik Pewarna Alam Kampung Kriyan, Sulistyo, Rabu (1/4/2020).

Menurutnya, motif virus semacam itu telah ada sejak 2018 dan teknik yang digunakan dengan cara dicap.

Hanya, kala itu belum ada nama dan cukup disebut sebagai Cap Tiga Roda mengingat motifnya yang menampilkan virus layaknya roda dan berjumlah tiga buah.

Ketika kemudian terjadi pandemi Corona, terpikirlah untuk menamakannya Batik Corona. Penamaan itu pun didukung Dinas Tenaga Kerja Kota Cirebon.

 

“Jadi memang bikinnya sih sudah lama, cuma belum ada namanya saja,” ujarnya.

Di balik pembubuhan motif virus, terselip harapan wabah ini segera berlalu. Dalam motif Batik Mega Corona misalnya, tersimpan makna virus terbawa pergi oleh awan.

Dia menyebutkan, satu kain Batik Corona rerata dikerjakan tujuh pebatik, yang memakan waktu hingga sekitar sepuluh hari. Namun, lamanya waktu tergantung pada kerumitan motif.

“Sebenarnya karena pakai teknik cap, dikerjakannya sebentar. Pewarnaannya itu yang makan waktu lama,” bebernya.

Batik Corona dibuat di atas kain katun prima berukuran 2×0,5 meter. Pewarnanya sendiri beragam, mulai bahan dari indigo strobelantes, kayu mangrove, bakau, dan tegeran.

“Khusus indigo strobelantes, kami mendapatkannya dari Jepang karena tanaman itu tumbuh di sana,” tambahnya.

Saat ini, Batik Story Kriyan sedang memproduksi 35 kain batik bermotif virus Corona sesuai pesanan. Setiap kain dengan teknik cap dijual seharga Rp300.000 sedangkan batik tulis berkisar Rp500.000-Rp600.000.(click📰)